Minggu, 29 November 2009

TUGU TUAN MARRUJI HUTAGAOL


Ini adalah Tugu Tuan Marruji Hutagaol yang bertempat di Desa Hutagaol balige kecamatan balige kabupaten toba samosir tepatnya di depan Gereja HKBP Paindohan Pohan.

Jumat, 27 November 2009

Asal Usul Danau Toba
Pada zaman dahulu di suatu desa di sumatera utara hiduplah seorang petani bernama Toba yang menyendiri di sebuah lembah yang landai dan subur. Petani itu mengerjakan lahan pertaniannya untuk keperluan hidupnya.
Selain mengerjakan ladangnya, kadang-kadang lelaki itu pergi memancing ke sungai yang berada tak jauh dari rumahnya. Setiap kali dia memancing, mudah saja ikan didapatnya karena di sungai yang jernih itu memang banyak sekali ikan. Ikan hasil pancingannya dia masak untuk dimakan.


Danau Toba
Pada suatu sore, setelah pulang dari ladang lelaki itu langsung pergi ke sungai untuk memancing. Tetapi sudah cukup lama ia memancing tak seekor iakan pun didapatnya. Kejadian yang seperti itu,tidak pernah dialami sebelumnya. Sebab biasanya ikan di sungai itu mudah saja dia pancing. Karena sudah terlalu lama tak ada yang memakan umpan pancingnya, dia jadi kesal dan memutuskan untuk berhenti saja memancing. Tetapi ketika dia hendak menarik pancingnya, tiba-tiba pancing itu disambar ikan yang langsung menarik pancing itu jauh ketengah sungai. Hatinya yang tadi sudah kesal berubah menjadi gembira, Karena dia tahu bahwa ikan yang menyambar pancingnya itu adalah ikan yang besar.
Setelah beberapa lama dia biarkan pancingnya ditarik ke sana kemari, barulah pancing itu disentakkannya, dan tampaklah seekor ikan besar tergantung dan menggelepar-gelepar di ujung tali pancingnya. Dengan cepat ikan itu ditariknya ke darat supaya tidak lepas. Sambil tersenyum gembira mata pancingnya dia lepas dari mulut ikan itu. Pada saat dia sedang melepaskan mata pancing itu, ikan tersebut memandangnya dengan penuh arti. Kemudian, setelah ikan itu diletakkannya ke satu tempat dia pun masuk ke dalam sungai untuk mandi. Perasaannya gembira sekali karena belum pernah dia mendapat ikan sebesar itu. Dia tersenyum sambil membayangkan betapa enaknya nanti daging ikan itu kalau sudah dipanggang. Ketika meninggalkan sungai untuk pulang kerumahnya hari sudah mulai senja.
Setibanya di rumah, lelaki itu langsung membawa ikan besar hasil pancingannya itu ke dapur. Ketika dia hendak menyalakan api untuk memanggang ikan itu, ternyata kayu bakar di dapur rumahnya sudah habis. Dia segera keluar untuk mengambil kayu bakar dari bawah kolong rumahnya. Kemudian, sambil membawa beberapa potong kayu bakar dia naik kembali ke atas rumah dan langsung menuju dapur.
Pada saat lelaki itu tiba di dapur, dia terkejut sekali karena ikan besar itu sudah tidak ada lagi. Tetapi di tempat ikan itu tadi diletakkan tampak terhampar beberapa keping uang emas. Karena terkejut dan heran mengalami keadaan yang aneh itu, dia meninggalkan dapur dan masuk kekamar.
Ketika lelaki itu membuka pintu kamar, tiba-tiba darahnya tersirap karena didalam kamar itu berdiri seorang perempuan dengan rambut yang panjang terurai. Perempuan itu sedang menyisir rambutnya sambil berdiri menghadap cermin yang tergantung pada dinding kamar. Sesaat kemudian perempuan itu tiba-tiba membalikkan badannya dan memandang lelaki itu yang tegak kebingungan di mulut pintu kamar. Lelaki itu menjadi sangat terpesona karena wajah perempuan yang berdiri dihadapannya luar biasa cantiknya. Dia belum pernah melihat wanita secantik itu meskipun dahulu dia sudah jauh mengembara ke berbagai negeri.
Karena hari sudah malam, perempuan itu minta agar lampu dinyalakan. Setelah lelaki itu menyalakan lampu, dia diajak perempuan itu menemaninya kedapur karena dia hendak memasak nasi untuk mereka. Sambil menunggu nasi masak, diceritakan oleh perempuan itu bahwa dia adalah penjelmaan dari ikan besar yang tadi didapat lelaki itu ketika memancing di sungai. Kemudian dijelaskannya pula bahwa beberapa keping uang emas yang terletak di dapur itu adalah penjelmaan sisiknya. Setelah beberapa minggu perempuan itu menyatakan bersedia menerima lamarannya dengan syarat lelaki itu harus bersumpah bahwa seumur hidupnya dia tidak akan pernah mengungkit asal usul istrinya yang menjelma dari ikan. Setelah lelaki itu bersumpah demikian, kawinlah mereka.
Setahun kemudian, mereka dikaruniai seorang anak laki-laki yang mereka beri nama Samosir. Anak itu sangat dimanjakan ibunya yang mengakibatkan anak itu bertabiat kurang baik dan peemals
Setelah cukup besar, anak itu disuruh ibunya mengantar nasi setiap hari untuk ayahnya yang bekerja di ladang. Namun, sering dia menolak mengerjakan tugas itu sehingga terpaksa ibunya yang mengantarkan nasi ke ladang.
Suatu hari, anak itu disuruh ibunya lagi mengantarkan nasi ke ladang untuk ayahnya. Mulanya dia menolak. Akan tetapi, karena terus dipaksa ibunya, dengan kesal pergilah ia mengantarkan nasi itu. Di tengah jalan, sebagian besar nasi dan lauk pauknya dia makan. Setibanya diladang, sisa nasi itu yang hanya tinggal sedikit dia berikan kepada ayahnya. Saat menerimanya, si ayah sudah merasa sangat lapar karena nasinya terlambat sekali diantarkan. Oleh karena itu, maka si ayah jadi sangat marah ketika melihat nasi yang diberikan kepadanya adalah sisa-sisa. Amarahnya makin bertambah ketika anaknya mengaku bahwa dia yang memakan sebagian besar dari nasinya itu. Kesabaran si ayah jadi hilang dan dia pukul anaknya sambil mengatakan: “Anak kurang ajar. Tidak tahu diuntung. Betul-betul kau anak keturunan perempuan yang berasal dari ikan!”
Sambil menangis, anak itu berlari pulang menemui ibunya di rumah. Kepada ibunya dia mengadukan bahwa dia dipukuli ayahnya. Semua kata-kata cercaan yang diucapkan ayahnya kepadanya di ceritakan pula. Mendengar cerita anaknya itu, si ibu sedih sekali, terutama karena suaminya sudah melanggar sumpahnya dengan kata-kata cercaan yang dia ucapkan kepada anaknya itu. Si ibu menyuruh anaknya agar segera pergi mendaki bukit yang terletak tidak begitu jauh dari rumah mereka dan memanjat pohon kayu tertinggi yang terdapat di puncak bukit itu. Tanpa bertanya lagi, si anak segera melakukan perintah ibunya itu. Dia berlari-lari menuju ke bukit tersebut dan mendakinya.
Ketika tampak oleh sang ibu anaknya sudah hampir sampai ke puncak pohon kayu yang dipanjatnya di atas bukit , dia pun berlari menuju sungai yang tidak begitu jauh letaknya dari rumah mereka itu. Ketika dia tiba di tepi sungai itu kilat menyambar disertai bunyi guruh yang megelegar. Sesaat kemudian dia melompat ke dalam sungai dan tiba-tiba berubah menjadi seekor ikan besar. Pada saat yang sama, sungai itu pun banjir besar dan turun pula hujan yang sangat lebat. Beberapa waktu kemudian, air sungai itu sudah meluap kemana-mana dan tergenanglah lembah tempat sungai itu mengalir. Pak Toba tak bisa menyelamatkan dirinya, ia mati tenggelam oleh genangan air. Lama-kelamaan, genangan air itu semakin luas dan berubah menjadi danau yang sangat besar yang di kemudian hari dinamakan orang Danau Toba. Sedang Pulau kecil di tengah-tengahnya diberi nama Pulau Samosir.

Cerita Batu Gantung-Parapat
Parapat atau Prapat adalah sebuah kota kecil yang berada di wilayah Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara, Indonesia. Kota kecil yang terletak di tepi Danau Toba ini merupakan tujuan wisata yang ramai dikunjungi oleh wisatawan domestik maupun mancanegara. Kota ini memiliki keindahan alam yang sangat mempesona dan didukung oleh akses jalan transportasi yang bagus, sehingga mudah untuk dijangkau.
Kota ini sering digunakan sebagai tempat singgah oleh para wisatawan yang melintas di Jalan Raya Lintas Sumatera (Jalinsum) bagian barat yang menghubungkan Kota medan dengan Kota Padang. Selain sebagai objek wisata yang eksotis, Parapat juga merupakan sebuah kota yang melegenda di kalangan masyarakat di Sumatera Utara. Dahulu, kota kecil ini merupakan sebuah pekan yang terletak di tepi Danau Toba. Setelah terjadi suatu peristiwa yang sangat mengerikan, tempat itu oleh masyarakat diberi nama Parapat atau Prapat.
Dalam peristiwa itu, muncul sebuah batu yang menyerupai manusia yang berada di tepi Danau Toba. Menurut masyarakat setempat, batu itu merupakan penjelmaan seorang gadis cantik bernama Seruni. Peristiwa apa sebenarnya yang pernah terjadi di pinggiran kota kecil itu? Kenapa gadis cantik itu menjelma menjadi batu? Ingin tahu jawabannya? Ikuti kisahnya dalam cerita Batu Gantung berikut ini!.
Alkisah,di sebuah desa terpencil di pinggiran Danau Toba Sumatera Utara, hiduplah sepasang suami-istri dengan seorang anak perempuannya yang cantik jelita bernama Seruni. Selain rupawan, Seruni juga sangat rajin membantu orang tuanya bekerja di ladang. Setiap hari keluarga kecil itu mengerjakan ladang mereka yang berada di tepi Danau Toba, dan hasilnya digunakan untuk mencukupikebutuhan sehari-hari.
Pada suatu hari, Seruni pergi ke ladang seorang diri, karena kedua orang tuanya ada keperluan di desa tetangga. Seruni hanya ditemani oleh seekor anjing kesayangannya bernama si Toki. Sesampainya di ladang, gadis itu tidak bekerja, tetapi ia hanya duduk merenung sambil memandangi indahnya alam Danau Toba.
Sepertinya ia sedang menghadapi masalah yang sulit dipecahkannya. Sementara anjingnya, si Toki, ikut duduk di sebelahnya sambil menatap wajah Seruni seakan mengetahui apa yang dipikirkan majikannya itu. Sekali-sekali anjing itu menggonggong untuk mengalihkan perhatian sang majikan, namun sang majikan tetap saja usik dengan lamunannya.
Memang beberapa hari terakhir wajah Seruni selalu tampak murung. Ia sangat sedih, karena akan dinikahkan oleh kedua orang tuanya dengan seorang pemuda yang masih saudara sepupunya. Padahal ia telah menjalin asmara dengan seorang pemuda pilihannya dan telah berjanji akan membina rumah tangga yang bahagia. Ia sangat bingung. Di satu sisi ia tidak ingin mengecewakan kedua orang tuanya, dan di sisi lain ia tidak sanggup jika harus berpisah dengan pemuda pujaan hatinya. Oleh karena merasa tidak sanggup memikul beban berat itu, ia pun mulai putus asa.
“Ya, Tuhan! Hamba sudah tidak sanggup hidup dengan beban ini,” keluh Seruni. Beberapa saat kemudian, Seruni beranjak dari tempat duduknya. Dengan berderai air mata, ia berjalan perlahan ke arah Danau Toba. Rupanya gadis itu ingin mengakhiri hidupnya dengan melompat ke Danau Toba yang bertebing curam itu.
Sementara si Toki, mengikuti majikannya dari belakang sambil menggonggong. Dengan pikiran yang terus berkecamuk, Seruni berjalan ke arah tebing Danau Toba tanpa memerhatikan jalan yang dilaluinya. Tanpa diduga, tiba-tiba ia terperosok ke dalam lubang batu yang besar hingga masuk jauh ke dasar lubang. Batu cadas yang hitam itu membuat suasana di dalam lubang itu semakin gelap. Gadis cantik itu sangat ketakutan. Di dasar lubang yang gelap, ia merasakan dinding-dinding batu cadas itu bergerak merapat hendak menghimpitnya.
“Tolooooggg……! Tolooooggg……! Toloong aku, Toki!” terdengar suara Seruni meminta tolong kepada anjing kesayangannya.
Si Toki mengerti jika majikannya membutuhkan pertolongannya, namun ia tidak dapat berbuat apa-apa, kecuali hanya menggonggong di mulut lubang. Beberapa kali Seruni berteriak meminta tolong, namun si Toki benar-benar tidak mampu menolongnnya. Akhirnya gadis itu semakin putus asa.
“Ah, lebih baik aku mati saja daripada lama hidup menderita,” pasrah Seruni.
Dinding-dinding batu cadas itu bergerak semakin merapat. “Parapat! Parapat batu… Parapat!” seru Seruni menyuruh batu itu menghimpit tubuhnya..
Sementara si Toki yang mengetahui majikannya terancam bahaya terus menggonggong di mulut lubang. Merasa tidak mampu menolong sang majikan, ia pun segera berlari pulang ke rumah untuk meminta bantuan. Sesampai di rumah majikannya, si Toki segera menghampiri orang tua Seruni yang kebetulan baru datang dari desa tetangga berjalan menuju rumahnya.
“Auggg…! auggg…! auggg…!” si Toki menggonggong sambil mencakar-cakar tanah untuk memberitahukan kepada kedua orang tua itu bahwa Seruni dalam keadaan bahaya.
“Toki…, mana Seruni? Apa yang terjadi dengannya?” tanya ayah Seruni kepada anjing itu.
“Auggg…! auggg…! auggg…!” si Toki terus menggonggong berlari mondar-mandir mengajak mereka ke suatu tempat.
“Pak, sepertinya Seruni dalam keadaan bahaya,” sahut ibu Seruni.
“Ibu benar. Si Toki mengajak kita untuk mengikutinya,” kata ayah Seruni.
“Tapi hari sudah gelap, Pak. Bagaimana kita ke sana?” kata ibu Seruni.
“Ibu siapkan obor! Aku akan mencari bantuan ke tetangga,” seru sang ayah. Tak lama kemudian, seluruh tetangga telah berkumpul di halaman rumah ayah Seruni sambil membawa obor. Setelah itu mereka mengikuti si Toki ke tempat kejadian. Sesampainya mereka di ladang, si Toki langsung menuju ke arah mulut lubang itu. Kemudian ia menggonggong sambil mengulur-ulurkan mulutnya ke dalam lubang untuk memberitahukan kepada warga bahwa Seruni berada di dasar lubang itu.

Kedua orang tua Seruni segera mendekati mulut lubang. Alangkah terkejutnya ketika mereka melihat ada lubang batu yang cukup besar di pinggir ladang mereka. Di dalam lubang itu terdengar sayup-sayup suara seorang wanita: “Parapat… ! Parapat batu… Parapat!”
“Pak, dengar suara itu! Itukan suara anak kita! seru ibu Seruni panik.
“Benar, bu! Itu suara Seruni!” jawab sang ayah ikut panik.
“Tapi, kenapa dia berteriak: parapat, parapatlah batu?” tanya sang ibu.
“Entahlah, bu! Sepertinya ada yang tidak beres di dalam sana,” jawab sang ayah cemas.
Pak Tani itu berusaha menerangi lubang itu dengan obornya, namun dasar lubang itu sangat dalam sehingga tidak dapat ditembus oleh cahaya obor.
“Seruniii…! Seruniii… !” teriak ayah Seruni.
“Seruni…anakku! Ini ibu dan ayahmu datang untuk menolongmu!” sang ibu ikut berteriak.
Beberapa kali mereka berteriak, namun tidak mendapat jawaban dari Seruni. Hanya suara Seruni terdengar sayup-sayup yang menyuruh batu itu merapat untuk menghimpitnya.
“Parapat… ! Parapatlah batu… ! Parapatlah!”
“Seruniiii… anakku!” sekali lagi ibu Seruni berteriak sambil menangis histeris.
Warga yang hadir di tempat itu berusaha untuk membantu. Salah seorang warga mengulurkan seutas tampar (tali) sampai ke dasar lubang, namun tampar itu tidak tersentuh sama sekali. Ayah Seruni semakin khawatir dengan keadaan anaknya. Ia pun memutuskan untuk menyusul putrinya terjun ke dalam lubang batu.
“Bu, pegang obor ini!” perintah sang ayah.
“Ayah mau ke mana?” tanya sang ibu.
“Aku mau menyusul Seruni ke dalam lubang,” jawabnya tegas.
“Jangan ayah, sangat berbahaya!” cegah sang ibu.
“Benar pak, lubang itu sangat dalam dan gelap,” sahut salah seorang warga.
Akhirnya ayah Seruni mengurungkan niatnya. Sesaat kemudian, tiba-tiba terdengar suara gemuruh. Bumi bergoyang dengan dahsyatnya seakan hendak kiamat. Lubang batu itu tiba-tiba menutup sendiri. Tebing-tebing di pinggir Danau Toba pun berguguran. Ayah dan ibu Seruni beserta seluruh warga berlari ke sana ke mari untuk menyelamatkan diri. Mereka meninggalkan mulut lubang batu, sehingga Seruni yang malang itu tidak dapat diselamatkan dari himpitan batu cadas.
Beberapa saat setelah gempa itu berhenti, tiba-tiba muncul sebuah batu besar yang menyerupai tubuh seorang gadis dan seolah-olah menggantung pada dinding tebing di tepi Danau Toba. Masyarakat setempat mempercayai bahwa batu itu merupakan penjelmaan Seruni yang terhimpit batu cadas di dalam lubang. Oleh mereka batu itu kemudian diberi nama “Batu Gantung”.
Beberapa hari kemudian, tersiarlah berita tentang peristiwa yang menimpa gadis itu. Para warga berbondong-bondong ke tempat kejadian untuk melihat “Batu Gantung” itu. Warga yang menyaksikan peristiwa itu menceritakan kepada warga lainnya bahwa sebelum lubang itu tertutup, terdengar suara: “Parapat… parapat batu… parapatlah!”Oleh karena kata “parapat” sering diucapkan orang dan banyak yang menceritakannya, maka Pekan yang berada di tepi Danau Toba itu kemudian diberi nama “Parapat”.
Parapat kini menjadi sebuah kota kecil salah satu tujuan wisata yang sangat menarik di Provinsi Sumatera Utara, Indonesia. Demikian cerita tentang asal-usul nama kota prapat. Cerita di atas termasuk cerita rakyat teladan yang mengandung pesan-pesan moral yang dapat dijadikan sebagai pedoman dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu pesan moral yang dapat dipetik dari cerita di atas adalah akibat buruk dari sifat putus asa atau lemah semangat. Sifat ini tercermin pada sikap dan perilaku Seruni yang hendak mengakhiri hidupnya dengan melompat ke Danau Toba yang bertebing curam, namun ia justru terperosok ke dalam lubang batu dan menghimpitnya hingga akhirnya meninggal dunia

Selasa, 01 September 2009

Hutaki............oh....Mejan.....................

DAFTAR NAMA CALEG TOBASA TERPLIH 2009-2014

1. Dua Robet Hutajulu Partai Merdeka
2. Sabam Simanjuntak Partai PIB,
3. Mangapul Siahaan Partai Pelopor
4. Siti Nurya Tampubolon PKPI
5. Jujung Napitupulu PPI
6. Djodjor Tambunan PDIP
7. Franjos Sitorus PPRN
8. Maris Napitupulu Partai Kedaulatan
9. Tonny Sakkan Siahaan Partai Demokrat
10. Aston Sitorus PPRN
11. Mangatas Silaen PDIP
12. Pandapotan Kasmin Simanjuntak Partai Pelopor
13. Boike Pasaribu Partai Demokrat
14. Herbert Sibuea Partai Golkar
15. Togar Manurung Partai Buruh,
16. Robinson Sibarani Partai Republikan
17. Dapot Hamonangan Lubis Partai Golkar
18. Pdt. Gumontang Pasaribu Partai Hanura
19. Sahat Panjaitan PPRN
20. Syamsudin Manurung Partai Hanura
21. Roy Robinhot Sirait PPRN
22. Viktor Silalahi PDIP
23. Monang Naipospos PKPI
24. Jojor Marintan Napitupulu Partai Kedaulatan
25. Rahmat Kurniawan Manullang Partai Demokrat

Senin, 31 Agustus 2009

MAKAM SISINGAMANGARAJA DI BALIGE

ANEH TAPI NYATA

PARDAMEAN SIAHAAN TINGGAL BERSAMA TENGKORAK AYAHNYA

Seorang pria menggali kuburan ayahnya, mengeluarkan seluruh tulang-belulang, membawanya pulang ke rumah dan tidur bersama tengkorak itu selama hampir satu tahun. Baru terungkap Sabtu kemarin. Inilah aneh tapi nyata dari Balige.

“Ada dulu janji saya mau bikin kuburan semen [untuk bapak], tapi belum bisa terpenuhi. Maklumlah kehidupan sekarang ini susah,” kata Pardamean Siahaan [35 tahun], warga Desa Sibolahotang Sas, Kecamatan Balige, Kabupaten Toba Samosir, Sumatera Utara.
Selama ini tidak ada yang tahu bahwa dalam sebuah rumah tua yang dikelilingi kuburan di Sosor Merdeka, Desa Tampubolon Lumban Atas, Kecamatan Balige, terdapat tengkorak manusia yang “diajak” tidur bersama oleh Pardamean Siahaan. Barulah pada Sabtu [15/8] kemarin ketahuan.

Siang itu dua orang lelaki sedang “mangaragat” tuak dari pohonnya tidak jauh dari sebuah rumah tua di Sosor Merdeka. “Lihat dulu, apakah si Parda [panggilan Pardamean] masih tidur di dalam,” kata seorang kepada temannya. Dia pun masuk ke dalam rumah lewat jendela, tapi Pardamean tidak sedang berada di sana.
Dalam rumah papan tersebut terlihat beberapa perangkat dapur seperti periuk kecil, piring, cangkir, dll. Ada juga beberapa kain. Pemuda itu lalu menemukan sebuah karung plastik putih. Dia penasaran, lalu melihat isinya. Tengkorak manusia! Tengkorak lengkap, mulai kepala, lengan, hingga kaki, tetapi sudah terpisah.

Berita pun tersiar Warga Desa Tampubolon Lumban Atas langsung mencurigai Pardamean Siahaan, karena selama ini dia sering tidur di rumah reyot yang sudah lama ditinggalkan pemiliknya itu. Anggota Polsek Balige datang ke lokasi. Pardamean juga tiba di sana.

Kepada polisi, lelaki lajang ini mengakui tulang-belulang itu adalah tengkorak ayahnya sendiri yang sudah lebih 20 tahun silam meninggal dunia. Parda mengatakan, hampir satu tahun lalu dia menggali kuburan ayahnya di kompleks pemakaman Uma Rihit, kecamata balige Dia menggali sendirian, mulai pagi hingga sore, lalu pada malam harinya seluruh tengkorak bapaknya dibawa ke sebuah rumah kosong di Desa Tampubolon Lumban Atas. Di rumah itulah dia tinggal dan tidur bersama tengkorak mendiang bapaknya hingga terungkap kemarin.
Alasan Pardamean menggali dan membawa pulang tengkorak bapaknya adalah karena dia pernah mendapat bisikan, atau semacam mimpi, untuk melakukan hal tersebut. Dia juga berkata, dirinya pernah bertekad membangun makam semen untuk bapaknya tetapi belum bisa dikabulkan. “Antusima maol ni ngolu saonari on [maklumlah sulitnya kehidupan perekonomian sekarang].”

Bila tidur di malam hari, Pardamean Siahaan terbaring berdekatan dengan tengkorak bapaknya. Tampaknya dia sangat hormat pada sang bapak. Selama dikerumuni warga dan ditanyai petugas Polsek Balige, dia memegang tengkorak itu dengan sangat hati-hati. Orang lain pun tidak diabiarkan menyentuh tengkorak bapaknya. Saat hendak membawa tulang-belulang tersebut ke kantor polisi, dengan perlahan dia menyusunnya ke dalam karung plastik dan memegangnya dengan sangat baik.

Kapolsek Balige AKP Gibson Siagian dalam wawancara Blog Berita lewat telepon Minggu siang tadi mengatakan, kuburan bapak Pardamean Siahaan telah digali kembali untuk memastikan apakah benar itu adalah tengkoraknya. Ternyata benar pengakuan Parda, tidak ditemukan lagi tulang-belulang dalam kuburan tersebut. Pihak keluarga dan pengetua adat telah memasukkan kembali tengkoraknya ke liang kubur.
“Abangnya sendiri mengatakan, tahun lalu dia pernah curiga melihat tanah kuburan bapak mereka seperti bekas digali, tapi waktu itu dia tidak menduga bahwa tengkorak di dalamnya sudah diambil oleh adiknya,” kata Kapolsek Balige. Parda telah diserahkan kepada pihak keluarganya; ada dugaan dia kurang sehat mental.
Tinggal di rumah tua, dikelilingi kuburan dan bambu.

Pardamean Siahaan sebenarnya tercatat sebagai penduduk Desa Sibolahotang Sas, Kecamatan Balige. Di sanalah dia tinggal bersama ibunya. Namun satu tahun terakhir ini dia jarang pulang ke rumah. Setiap pulang bekerja sebagai penggembala kerbau milik orang lain, dia malah tidur di sebuah rumah tua tak berpenghuni di Desa Tampubolon Lumban Atas, masih di Kecamatan Balige.

Rumah yang angker.
Warga desa tidak berani menghampirinya. Belasan kuburan mengelilinginya, di bagian samping dan belakang rumah. Tanah ini memang tempat pemakaman. Pohon bambu dan semak-belukar tinggi di mana-mana. Rumah panggung itu hanya sendiri, tidak ada rumah lain di sana. Terbuat dari kayu, sudah lapuk dan lantainya goyang-goyang bila dipijak.

“Puluhan tahun lalu ada sebuah keluarga tinggal di sana. Anak-anaknya pernah bertengkar, lalu ada yang menikam saudaranya dengan pisau. Kena persis di mata,” kata seorang warga Desa Tampubolon Lumban Atas kepada Blog Berita.
Menurut warga, selama ini mereka sering melihat Pardamean Siahaan berjalan melintas menuju rumah tua itu. “Pardamean bersikap baik, tidak pernah bikin ribut. Jadi kami tidak menyangka kalau di dalam rumah itu ada tengkorak bapaknya.”
Saat mengitari sekeliling rumah, menemukan sekitar 10 meter di depan rumah, di bawah rimbunan semak, terdapat bekas tempat pembakaran yang diduga dipakai Pardamean untuk memasak.

CAMAT DI KECAMATAN BALIGE

DAFTAR NAMA CAMAT YANG PERNAH BERTUGAS DI BALIGE
TAHUN 1960-2009


NO NAMA TAHUN PERIODE

1. PARDEDE(ASISTEN WEDANA) 1960-1964
2. J.SIRAIT(ASISTEN WEDANA) 1964-1966
3. M.TAMBA (ASISTEN WEDANA ) 1966-1970
4. I. E. SIREGAR(ASISTEN WEDANA ) 1970-1975
5. P.SITUMORANG(ASISTEN WEDANA ) 1975-1979
6. B.P NABABAN,BA 1979-1981
7. Drs.M.N.LUMBANTORUAN 1981-1984
8. M.A .SITUMORANG 1984-1985
9. Drs.SAKTI PARDEDE 1985-1987
10. Drs.T.B.PASARIBU 1987-1990
11. M.S.SITANGGANG,BA 1990-1993
12. Drs.SURUNG PARDEDE 1993-1998
13. Drs.MANATAP SIMANUNGKALIT 1998-2000
14. P.SIAHAAN,S.Sos 2000-2001
15. Drs.WASIR SIMANJUNTAK 2001-2005
16. BUDIYANTO TAMBUNAN,SE 2005-2009
17. EDDY M.SIHALOHO S.Sos 2009-SEKARANG

PINGGAN PASU

Minggu, 30 Agustus 2009

DAFTAR NAMA KEPALA DESA KECAMATAN BALIGE


DAFTAR NAMA KEPALA DESA SE-KECAMATAN BALIGE
KABUPATEN TOBA SAMOSIR


NO NAMA DESA
1 BONAR SIAHAAN AEK BOLON JAE
2 MANARIS SIAHAAN AEK BOLON JULU
3 PARLINDUNGAN SIAHAAN BALIGE II
4 ROBINSON TAMBUNAN BARUARA
5 BASRI SIAGIAN BONAN DOLOK I
6 HALOMOAN SIAGIAN BONAN DOLOK II
7 DAPOT SIMANJUNTAK BONAN DOLOK III
8 HOTMAN SIAHAAN HINALANG BAGASAN
9 HENRY P.HUTAGAOL HUTABULU MEJAN
10 MARHUTA HUTAGAOL HUTAGAOL PEATALUN
11 DIRMAN SIMANJUNTAK HUTA DAME
12 TARIADA PAKPAHAN HUTA NAMORA
13 GEMBIRA SIAHAAN LONGAT
14 JASMAN SIMANGUNSONG LUMBAN BULBUL
15 LAMHOT SIAHAAN LUMBAN GORAT
16 FREDDI TAMBUNAN LUMBAN PEA
17 TASMAN TANBUNAN LUMBAN PEA TIMUR
18 BINSAR TAMBUNAN LUMBAN GAOL
19 KASTEL SIAHAAN LUMBAN SILINTONG
20 GAJALIMA PANJAITAN MATIO
21 BUDIMAN SIAHAAN PAINDOAN
22 SINGA T.SIMANJUNTAK PARSURATAN
23 EDWARD SUTEJO SILALAHI SILALAHI PAGARBATU
24 DAUD SIAHAAN SIBUNTUON
25 RAYA SIANIPAR SIANIPAR SIHAIL-HAIL
26 LIBERTI SIAHAAN SIBORUON
27 MARLON ARITONANG SIBOLAHOTANG SAS
28 BARITA P.TAMPUBOLON SARIBU RAJA JANJI MARIA
29 DANNER TAMBUNAN TAMBUNAN SUNGE

Minggu, 23 Agustus 2009

TENTANG SAYA

Nama : Henry Hutagaol
Tempat / Tgl. Lahir : Balige, 23 Agustus 1975
Alamat : Balige
Agama : Kristen Protestan
Jabatan : Kepala Desa Hutabulu Mejan
No. Telp / HP : ( 0632 ) 32236 - 0812 6588 9462
Nama Isteri : Megawati Sianipar
Anak - anak : 1. Andreas Hemeg Bilren Hutagaol
2. Jeremia Hemeg Bilren Hutagaol
Usaha : Andjer_Net
Alamat Usaha : Jln. Tarutung - Balige