Senin, 31 Agustus 2009

ANEH TAPI NYATA

PARDAMEAN SIAHAAN TINGGAL BERSAMA TENGKORAK AYAHNYA

Seorang pria menggali kuburan ayahnya, mengeluarkan seluruh tulang-belulang, membawanya pulang ke rumah dan tidur bersama tengkorak itu selama hampir satu tahun. Baru terungkap Sabtu kemarin. Inilah aneh tapi nyata dari Balige.

“Ada dulu janji saya mau bikin kuburan semen [untuk bapak], tapi belum bisa terpenuhi. Maklumlah kehidupan sekarang ini susah,” kata Pardamean Siahaan [35 tahun], warga Desa Sibolahotang Sas, Kecamatan Balige, Kabupaten Toba Samosir, Sumatera Utara.
Selama ini tidak ada yang tahu bahwa dalam sebuah rumah tua yang dikelilingi kuburan di Sosor Merdeka, Desa Tampubolon Lumban Atas, Kecamatan Balige, terdapat tengkorak manusia yang “diajak” tidur bersama oleh Pardamean Siahaan. Barulah pada Sabtu [15/8] kemarin ketahuan.

Siang itu dua orang lelaki sedang “mangaragat” tuak dari pohonnya tidak jauh dari sebuah rumah tua di Sosor Merdeka. “Lihat dulu, apakah si Parda [panggilan Pardamean] masih tidur di dalam,” kata seorang kepada temannya. Dia pun masuk ke dalam rumah lewat jendela, tapi Pardamean tidak sedang berada di sana.
Dalam rumah papan tersebut terlihat beberapa perangkat dapur seperti periuk kecil, piring, cangkir, dll. Ada juga beberapa kain. Pemuda itu lalu menemukan sebuah karung plastik putih. Dia penasaran, lalu melihat isinya. Tengkorak manusia! Tengkorak lengkap, mulai kepala, lengan, hingga kaki, tetapi sudah terpisah.

Berita pun tersiar Warga Desa Tampubolon Lumban Atas langsung mencurigai Pardamean Siahaan, karena selama ini dia sering tidur di rumah reyot yang sudah lama ditinggalkan pemiliknya itu. Anggota Polsek Balige datang ke lokasi. Pardamean juga tiba di sana.

Kepada polisi, lelaki lajang ini mengakui tulang-belulang itu adalah tengkorak ayahnya sendiri yang sudah lebih 20 tahun silam meninggal dunia. Parda mengatakan, hampir satu tahun lalu dia menggali kuburan ayahnya di kompleks pemakaman Uma Rihit, kecamata balige Dia menggali sendirian, mulai pagi hingga sore, lalu pada malam harinya seluruh tengkorak bapaknya dibawa ke sebuah rumah kosong di Desa Tampubolon Lumban Atas. Di rumah itulah dia tinggal dan tidur bersama tengkorak mendiang bapaknya hingga terungkap kemarin.
Alasan Pardamean menggali dan membawa pulang tengkorak bapaknya adalah karena dia pernah mendapat bisikan, atau semacam mimpi, untuk melakukan hal tersebut. Dia juga berkata, dirinya pernah bertekad membangun makam semen untuk bapaknya tetapi belum bisa dikabulkan. “Antusima maol ni ngolu saonari on [maklumlah sulitnya kehidupan perekonomian sekarang].”

Bila tidur di malam hari, Pardamean Siahaan terbaring berdekatan dengan tengkorak bapaknya. Tampaknya dia sangat hormat pada sang bapak. Selama dikerumuni warga dan ditanyai petugas Polsek Balige, dia memegang tengkorak itu dengan sangat hati-hati. Orang lain pun tidak diabiarkan menyentuh tengkorak bapaknya. Saat hendak membawa tulang-belulang tersebut ke kantor polisi, dengan perlahan dia menyusunnya ke dalam karung plastik dan memegangnya dengan sangat baik.

Kapolsek Balige AKP Gibson Siagian dalam wawancara Blog Berita lewat telepon Minggu siang tadi mengatakan, kuburan bapak Pardamean Siahaan telah digali kembali untuk memastikan apakah benar itu adalah tengkoraknya. Ternyata benar pengakuan Parda, tidak ditemukan lagi tulang-belulang dalam kuburan tersebut. Pihak keluarga dan pengetua adat telah memasukkan kembali tengkoraknya ke liang kubur.
“Abangnya sendiri mengatakan, tahun lalu dia pernah curiga melihat tanah kuburan bapak mereka seperti bekas digali, tapi waktu itu dia tidak menduga bahwa tengkorak di dalamnya sudah diambil oleh adiknya,” kata Kapolsek Balige. Parda telah diserahkan kepada pihak keluarganya; ada dugaan dia kurang sehat mental.
Tinggal di rumah tua, dikelilingi kuburan dan bambu.

Pardamean Siahaan sebenarnya tercatat sebagai penduduk Desa Sibolahotang Sas, Kecamatan Balige. Di sanalah dia tinggal bersama ibunya. Namun satu tahun terakhir ini dia jarang pulang ke rumah. Setiap pulang bekerja sebagai penggembala kerbau milik orang lain, dia malah tidur di sebuah rumah tua tak berpenghuni di Desa Tampubolon Lumban Atas, masih di Kecamatan Balige.

Rumah yang angker.
Warga desa tidak berani menghampirinya. Belasan kuburan mengelilinginya, di bagian samping dan belakang rumah. Tanah ini memang tempat pemakaman. Pohon bambu dan semak-belukar tinggi di mana-mana. Rumah panggung itu hanya sendiri, tidak ada rumah lain di sana. Terbuat dari kayu, sudah lapuk dan lantainya goyang-goyang bila dipijak.

“Puluhan tahun lalu ada sebuah keluarga tinggal di sana. Anak-anaknya pernah bertengkar, lalu ada yang menikam saudaranya dengan pisau. Kena persis di mata,” kata seorang warga Desa Tampubolon Lumban Atas kepada Blog Berita.
Menurut warga, selama ini mereka sering melihat Pardamean Siahaan berjalan melintas menuju rumah tua itu. “Pardamean bersikap baik, tidak pernah bikin ribut. Jadi kami tidak menyangka kalau di dalam rumah itu ada tengkorak bapaknya.”
Saat mengitari sekeliling rumah, menemukan sekitar 10 meter di depan rumah, di bawah rimbunan semak, terdapat bekas tempat pembakaran yang diduga dipakai Pardamean untuk memasak.

Tidak ada komentar: